Chronicle Legion: Volume 1 Chapter 2 (Part 2)

Sepulang sekolah, Masatsugu meninggalkan SMA Rinzai bersama Hatsune secepatnya.

Menumpangi truk militer yang datang menjemput mereka, mereka pergi ke benteng pertahanan Suruga.

Kumpulan kendaraan pergi menuju bagian pegunungan yang dibentuk dari dua perbatasan bukit yang tingginya 300m. Di atas puncak Gunung Udo di sisi utara adalah dataran tinggi yang sedikit miring yang dikenal sebagai "Nihondaira." Dibangun di atas daratan dan hutan belantara ini yang direntangkan sejauh mata memandang adalah benteng pertahanan, sesuatu yang dapat digambarkan sebagai "benteng" modern.

Truk akhirnya berhenti menanjaki gunung dan tiba di benteng pertahanan Suruga.

"Jadi ini tempatnya ya," gumam Masatsugu pada dirinya.

Benteng pertahanan Suruga menduduki kira-kira lima kali area stadion Tokyo Dome di ibu kota kerajaan.

Dinding-dinding pertahanan mengepung area luas ini yang sekitar tujuh meter tingginya.

Dari pemandangan di atas kepala, dinding tersebut membentuk bintang tirus lima, bentuk yang sama seperti benteng pertahanan Hakodate yang terkenal dengan mengemban nama Benteng Goryōkaku. Kenyataannya, dinding pertahanan benar-benar berguna dalam pertempuran melawan Legion terbang.

Yang paling meyakinkan adalah... Bangunan sebuah benteng dalam bentuk bintang menawan yang bsa menyombongkan kekuatan militer.

"Ayo pergi, Onii-sama."

Meninggalkan truk militer, Hatsune menyegerakan Masatsugu.

Dia masih berpakaian sebagai murid dengan gaya manga ''Haikara-san''.

Masatsugu mengenakan kerah rapat seragam laki-laki SMA Rinzai. Pasukan Kerajaan dan pasukan provinsi yang dipimpin oleh keseluruh Twelve Houses menggunakan seragam militer kerah rapat yang tidak berbeda dari seragam SMA. Konsekuensinya, ia tidak terlalu diperhatikan dari tempat yang dikelilingi oleh tentara di sini meski menjadi seorang murid.

Sebaliknya, Hatsune sangat mencolok dengan meisen kimono, hakama dan sepatu bot-nya.

Dua murid itu berjalan untuk sementara dan tiba di gerbang di dinding. Masatsugu didorong untuk benar-benar melihat.

Berdiri di kedua sisi gerbang adalah dua ''raksasa biru''.

Mereka delapan meter tingginya dan dilengkapi dengan armor dan seragam militer biru. Masing-masing di antara mereka memiliki topeng putih pada wajah mereka yang tampak seperti susunan porselin. Fisik rapi mereka terlihat benar-benar tangkas dengan sosok luar biasa juga.

Kedua raksasa dilengkapi dengan "senapan bayonet."

Itu adalah senjata yang terdiri atas senapan militer yang disesuaikan dengan pedang runcing, hingga menawarkan fungsi sebagai senapan dan tombak. Raksasa tersebut berdiri dengan senapan mereka dalam posisi tegak lurus.

Mereka tiba-tiba menggerakkan leher mereka, mengarahkan wajah dan tatapan mereka sedikit kebawah.

Dari belakang topeng mereka—matanya bisa dilihat dari lobang mata itu, menatap dengan kejam pada Masatsugu dan Hatsune yang menghampiri.

Ini berarti kalau mereka hidup, tetap aktif bersiaga dari sekitar mereka sebagai penjaga pintu!

"Jadi itu Legion Jepang... Jenis yang dikenal sebagai 'Kamuy,' benar?"

Hari ini merupakan pertama kali Masatsugu melihat Legion secara langsung.

Tinggi Masatsugu adalah 175cm, kira-kira jarak dari kaki raksasa sampai ke lutut. Ia betul-betul terkesan oleh tubuh biru yang berdiri hampir delapan meter.

"Itu benar. Penjaga istana mungkin menempatkan mereka di sini. Orang yang suka bersembunyi atau menjaga penampilan yang biasanya melakukan hal semacam ini."

"Menjaga penampilan?"

"Memikirkan tentang itu. Anggota dan tamu yang belum berpengalaman semuanya akan bereaksi sepertimu, Onii-sama."

Masatsugu mengerti maksud penting yang Hatsune sampaikan padanya.

Dalam dunia modern, Legion merupakan senjata utama dan menentukan. Seseorang akan langsung menyimpulkan dari pemikiran singkat yang menggunakan sesuatu seperti ini pada penjaga gerbang yang akan menjadi sia-sia. Namun, pastinya terlihat sangat keren.

Hatsune nampak sudah terbiasa. Bisa diduga dari seorang gadis yang mengikuti pelatihan di istana kerajaan.

"Apa Legion itu hanya mengikuti perintah penjaga istana?"

"Sebenarnya, ya. Namun, jika Chevalier melayani sebagai penjaga istana yang membawa upacara untuk mengutus jin dan pengendali spiritual, mereka juga bisa mengeluarkan perintah biasa."

Ada juga tentara manusia yang ditempatkan di sebelah gerbang samping sebagai penjaga.

Hatsune memberikan informasi kepunyaannya dan berbicara dengan riang bersamanya. Pada waktu itu, Masatsugu menengadah pada tubuh raksasa kedua Legion.

Armor biru Kamuy mereka sangat bersih, mengkilap di bawah sinar matahari.

Mereka tidak hanya luar biasa dalam penampilan tetapi juga membangkitkan getaran perasaan hormat berpengalaman. Kenyataannya, setiap Legion tidak cuma tinggi dan mengesankan tapi juga menguasai martial art dan keahlian menembak.

Dengan menarik pelatuk, mereka bisa dengan mudah menjatuhkan dan membunuh target beberapa kilometer jauhnya.

Tachibana Masatsugu seorang musuh tentara yang menyerang benteng pertahanan, ia mungkin akan "langsung dibantai" dalam sekejap—

Di waktu itu, pikiran aneh mengambang dalam pikiran Masatsugu.

Tidak dapat dimengerti, Masatsugu ragu-ragu. Akankah ia sebenarnya bisa "langsung dibantai"? Legion Kamuy di depannya pastinya kuat ''tapi seenggaknya, ia tidak berpikir akan kalah''.

Tanpa gentar, Masatsugu percaya... Jika perlu, ia harusnya memiliki kemampuan untuk mengalahkan tentara raksasa itu.

Ada apa dengan ini? Sementara Masatsugu berseteru dengan pemikiran kebingungannya, Hatsune memberitahu padanya, "Kesini, Onii-sama."

"...Oke."

Melewati gerbang samping, keduanya memasuki benteng pertahanan Suruga.

Di dalam sisi dinding itu begitu luas. Tanah yang melebar dengan halaman rerumputan, membuat Masatsugu terasa seperti ia mengunjungi lapangan golf. Namun, mengejutkannya terdapat beberapa bangunan.

Masatsugu mengingat salah satu penjelasan yang ia tangkap. Semenjak pertempuran antar Legion mungkin mengambil tempat dalam benteng pertahanan, fasilitas penting sebagian besar dibangun di bawah tanah untuk mengurangi jumlah korban...

Dari susunan di atas tanah, tidak ada yang lebih menjulang dari "menara" pusat itu.

Sebuah menara yang dibangun dengan batu bata, sekitar empat puluh meter tingginya. Ada sesuatu yang besar di sekitar jam di paling atas, mengingatkan sebuah menara jam—Bukan.

"Bukankah itu apa yang orang sebut lingkaran fengshui?"

Benda di atas menara bukan jam raksasa.

Magnet yang terpasang di tengah, dikelilingi oleh lingkaran konsentris berlipat. Garis tajam digunakan untuk membagi masing-masing lingkaran kedalam bagian area yang sama, menghasilkan dalam lingkaran yang dikemasi dengan karakter, simbol dan istilah, seperti rentetean bagua "qian, dui, li, zhen, xun, kan, gen, kun," cabang surgawi "jia, yi, bing, ding, wu, ji. geng, xin" dan cabang bumi "zi, chou, yin, mao, chen, si, wu, wei, shen, you, xu, hai."

"Aku tidak tahu rinciannya tapi benteng pertahanan rupanya perlu menjadi tempat perlindungan di mana roh dan gelombang aura bisa berkumpul dengan mudah sebagai tambahan kegunaan sebagai markas militer. Itulah mengapa mereka memasang sesuatu seperti itu."

"Ini pastinya benar-benar sulit dipahami."

Melihat pada menara dengan lingkaran fengshui, keduanya melanjutkan.

"Omong-omong, Hatsune, ini waktunya kamu memberitahu kenapa putri memanggilku kesini... aku belum menemukan petunjuk sedikitpun."

"Tidak, Onii-sama, kau akan tahu ketika kamu melihat putri."

Selain itu, kenapa seorang penonton berada di fasilitas militer?

Akhirnya, Masatsugu masuk kedalam suatu bangunan. Bangunan tingkat satu yang dirancang dari baja, mungkin mirip seperti bagian administratif dan akuntasi kerja. Pekerja militer berjalan melewati mereka dalam lorong yang nampak lebih mirip seperti pemerintahan resmi daripada "tentara."

Mereka berdua tiba di tempat apa yang disebut ruang resepsi.

Terdapat sofa kulit dan meja kerja yang indah dan kursi kantor yang akan sekiranya digunakan oleh kantor militer biasa. Seorang gadis cantik dengan rambut pirang putih duduk di sana.

Fujinomiya Shiori, putri Kerajaan Jepang.

Berpakaian dalam seragam perempuan SMA Rinzai, putri menyapa Masatsugu dengan senyum, "Terima kasih untuk repot-repot datang kemari. Aku mendengar banyak tentangmu dari Hatsune dan Paman Tachibana."

"Apa keluargaku menyebutkanku sesuatu?"

Masatsugu tak sengaja membalas pada berita baru yang mengejutkan ini, tapi ia begitu menyesalinya.

Ini penting demi menjaga perilaku ketika berbicara dengan bangsawan dan cara yang tepat harusnya berbicara melalui pelayan pribadi yaitu Hatsune.

Walau Masatsugu terganggu dengan mulut gegabahnya, Shiori secara langsung menjawab, "Apa kamu tidak tahu? Klan Tachibana dari Suruga telah melayani Kediaman Fujinomiya semenjak generasi ibuku."

"Itu pertama kali aku mendengarnya."

Tatapan mereka bertemu. Shiori melihat kembali pada Masatsygu dengan senyum lembut. Rambut pirang putih menawannya tanpa diragukan sewarna dengan Raja Tenryuu yang diperlihatkan di televisi.

"Boleh aku bertanya kenapa kamu ingin bertemu denganku di markas militer?"

"Ada masalah yang tidak bisa dibicarakan di dalam kota. Ijinkan aku menjelaskannya nanti," Shiori membalas dengan anggun, lalu menarik lonceng dan membunyikannya perlahan.

Tentara wanita segera tiba dari lorong dan memasuki pintu.

Dia mendorong sebuah troli yang membawa segala macam teh. Putri tampaknya menjamu Masatsugu untuk minum teh. Berdiri di samping, Hatsune memberi gerak-isyarat pada Masatsugu untuk duduk di atas sofa.

"Onii-sama, silahkan duduk."

Masatsugu ragu-ragu sebentar, ingin tahu jika ia harus menolak, kemudian mengangkat bahu.

Setelah berpikir matang-matang, Masatsugu duduk dengan biasa. Kalau begini, tidak mungkin bisa berlaku sopan. Di atas itu, penghubung-penghubung akan melintasi ketika ia mendapatkannya. Ia akan menemukan sebuah solusi setidaknya. Memutuskan hal itu, Masatsugu duduk menghadap putri yang berada di belakang meja kerja.

Di depan Masatsugu adalah meja kaca yang tipis.

Tentara gadis menaruh cangkir teh di sana dan menuangkan teh hitam. Lalu berjalan menuju meja putri dan juga menuangkan teh cangkir.

...Pada waktu yang sangat singkat itu, Masatsugu dihantam oleh perasaan kejanggalan.

Meskipun ia adalah tamu undangan, logika seperti apa yang ada di sana dengan menjamu murid SMA di depan putri? Konsekuensinya, Masatsugu dapat bereaksi untuk masalah yang datang padanya secara langsung tanpa peringatan. Cangkir teh yang tentara wanita itu letakkan di atas meja—

Shiori mengambilnya dan melemparkannya dengan kuat.

Targetnya adalah Tachibana Masatsugu, yang duduk di atas sofa beberapa meter jauhnya!

"!"

Melebarkan matanya, Masatsugu melihat kalau cangkir teh tanpa diragukan diarahkan menuju wajahnya.

Namun, tubuh Masatsugu bereaksi secara refleks ''seperti biasa''. Kepalanya dimiringkan ke samping sekitar 10cm, menghindari cangkir terbang dengan cepat.

Cangkir teh melewati di mana wajahnya tadi.

Cangkir yang dilempar dengan tenaga seperti itu menggelinding turun dari sofa dan menuju karpet di depan Masatsugu yang bisa melihatnya jatuh.

Tubuhnya bergerak secara refleks sesaat ia merasakan bahaya di belakangnya.

Memang, seseorang diam-diam menyusup di belakang punggung Masatsugu untuk menyerangnya dengan pedang kayu!

Kepala Masatsugu akan terbelah jika ia menghindari sedetik kemudian. Dengan gerakan berubah-ubah, Masatsugu berdiri dengan cepat.

Ia berbalik pada wajah penyerang di belakang sofa dan melihat identitasnya dengan jelas.

"Ini kau, Hatsune!"

"Mengesankan seperti biasa, Onii-sama!"

Menggenggam pedang kayu, Hatsune berdiri di belakang sofa.

Enam belas tahun, Tachibana Hatsune adalah gadis dengan postur ramping. Saat ini, dia memancarkan aura pengendalian. Menahan sikap berdiri seigan tingkat menegah, dia mengarahkan lurus ujung pedangnya kearah wajah Masatsugu.

Dengan keseimbangan kaki yang luar biasa, Hatsune dengan segera mendekat padanya.

Menyerang dari depan, dia mengayunkan pedang kayu dengan suara tajam dari irisan angin. Masatsugu dengan tergesa-gesa pindah ke kanan dan menghindari tebasan kilat.

"Bersiaplah!"

Hatsune melakukan serangan kuat menuju wajah Masatsugu.

Masatsugu memiringkan kepalanya untuk menghindar namun tikaman cepat dengan langsung mengarah ke tenggorokannya. Masatsugu mengambil lompatan mundur yang jauh, menjauhkan dirinya dari pendekar pedang muda sepupu jauhnya.

Hatsune menggunakan kesempatan itu untuk mengambil langkah besar ke depan dan melepaskan tebasan diagonal ke bawah.

Masatsugu menghindari tebasan dengan cekatan. Melewati targetnya, pedang kayu itu melanjutkan bersama tebasan diagonal ke atas dan serangan kombinasi yang berubah-ubah. Gaya berpedang Hatsune tajam dan cepat seperti angin.

Pedang kayu yang digunakan oleh Hatsune sangat pendek, bisa dibandingkan pada kodachi panjangnya.

Mengayun pedang besar seperti dalam drama bersejarah akan langsung menyebabkan kerusakan pada langit-langit atau dinding. Karena itu, Hatsune memilih kodachi yang ringan dan sesuai.

Terkesan dengan perhatian tanpa celah untuk seluk beluk seseorang yang tidak akan diperkirakan dari seorang gadis, Masatsugu berjuang untuk menahan serangan-serangan itu.

...Juga, tentara wanita yang menjamu teh sudah pergi. Terlihat kalau dia mengetahui perkembangan ini akan terjadi.

Sementara itu, Hatsune memasuki jarak tingkat menengah lain dan tertawa dengan gila.

"Fufufufu, kamu tidak bisa menang jika semua yang kamu lakukan adalah lari, Onii-sama!"

"Apa maksud sandiwara ini untuk menguji kemampuanku?"

"Benar, pemimpin klan Tachibana memutuskan memilih dari dua pengawal generasi termuda untuk putri. Onii-sama, kamu dipilih."

"Kenapa aku?"

"Onii-sama, satu-satunya pemuda yang tersisa di klan kita adalah kamu dan aku."

Masatsugu menerima alasan jelas dan mudah ini. Memikirkannya lagi, semua keluarga yang ia temui selama dua tahun lalu semuanya orang dewasa yang sekitar empat puluh tahunan.

"Omong-omong, aku benar-benar tidak tahu kamu sehebat ini."

"Kebanggaan klan Tachibana sendiri sebagian besar berada pada kekuatan dan keberanian. Aku berlatih dengan martial art sejak kecil, mengingat terlibat dalam masalah kecil dianggap sebagai bagian latihan prajurit, jadi kemampuan tingkat ini satu-satunya yang diperkirakan."

"Mendengar pada pengakuanmu, aku benar-benar ingin tahu tentang bagaimana serius masalah yang kau dapat..."

"Apa kamu cukup pemanasannya? Oke, ayo mulai serius. Kita akan putuskan siapa Tachibana muda yang terkuat!"

Masatsugu sungguh cemas untuk melihat sepupu manisnya mendesaknya.

"Sekarang itu menempatkanku dalam sebuah dilema. Aku benar-benar tidak ingin menyakitimu."

"Ah, itu benar-benar mengagumkan, Onii-sama. Terasa seperti saingan yang ditakdirkan akan melepaskan kekuatannya, getaran yang bagus. Serangan dengan semangat semacam ini!"

"Aku tidak ingin melakukan seperti yang kau mau... Tapi seperti yang aku katakan sebelumnya, aku tidak memiliki sedikitpun ingatan masa laluku."

Sikap Hatsune sembrono tetapi kemampuannya adalah sesuatu yang nyata.

Masatsugu berbicara dengan jelas, "Ini benar kalau aku menggunakan martial art ketika terserang bahaya. Aku mengira harus berlatih dengan martial art di masa mudaku, hingga mendarah daging kedalam tubuhku. Tapi..."

Tachibana Masatsugu rupanya mempelajari pertarungan tak bersenjata dan pendekar pedang sejak kecil. Setidaknya, inilah apa yang keluarganya beritahu. Namun, selama dua tahun lalu sejak kehilangan ingatannya, ia tidak berlatih sama sekali.

Luar biasanya, ia tidak merasakan dorongan untuk latihan.

Karena itu, ia tidak ingat apapun yang mungkin dianggap sebuah gerakan atau kemampuan dalam pendekar pedang atau pertarungan tanpa senjata.

Ia bisa lebih hebat daripada menguasai dirinya jika hanya menahan serangan lawan, namun...

"Ketika aku menyerang—Cenderung menjadi sedikit berbahaya."

"Kamu semakin hebat, Onii-sama! Apa yang kamu katakan terdengar lebih seperti 'Menjauhlah dari pandanganku kecuali kau ingin mati. Tenanglah, tangan kiriku...!'"

Mata Hatsune mendapati tertarik untuk suatu alasan.

Masatsugu mengangguk dan mengatakan, "Yah, lebih khususnya, 'Aku akan mengambil teko itu di sana untuk menghangatkanmu dengan air mendidih, lalu mengaduk-aduk wajahmu dengan bubur.' Itulah gaya pertarunganku, mungkin?"

"...Eh? Benarkah?"

"Martial art yang aku pelajari sebelumnya nampak menjadi gaya yang benar-benar terfokus pada pertarungan sungguhan. Setiap serangan yang kejam tanpa menahan apapun. Jika ada botol bir di dekat sini, aku akan mengambilnya lalu memukulkannya pada orang. Ketika lawan mencoba meremehkanku, aku tiba-tiba akan menanduknya, dan memukulnya langsung."

Kembali ketika mereka memasuki SMA pertama kali, Masatsugu dan Taisei kebetulan bertemu di pusat keramaian kota pada malam hari.

Sayangnya, mereka berjumpa tujuh atau delapan preman dan ditarik menuju gang belakang yang sepi. Inilah kenapa Masatsugu menunjukkan betapa kotornya seorang petarung yang ia miliki.

Setelah itu, Masatsugu terjerumus kedalam masalah yang serupa beberapa kali...

"Tidak bisakah kau bertarung dengan lebih baik seperti di manga shounen?"

"Aku setuju, tapi kamu tidak memiliki dasar moral untuk mengatakan itu ketika kau menyerangku dengan pedang kayu."

"Sebandingnya, semua laki-laki di klan Tachibana kita dengan luar biasanya terlatih. Mereka tidak pernah merasa terganggu oleh tipuan kecil semacam ini. Bukankah kau hidup dan semangat saat ini? Se-Selain itu, a-aku tidak punya pilihan!"

Hatsune tersenyum dengan bersalah sembari berbicara.

"Setelah berbicara dengan putri, aku memutuskan 'ini akan lebih menarik,' kau tahu? Putri mengijinkannya juga, jadi..."

"...Putri yang mengijinkan lelucon ini?"

Masatsugu mengerut pada penyampaian kebenaran yang tak terduga.

Namun, dipikir-pikirkan lagi, ia mengingat kalau Putri Shiori adalah orang pertama yang tepat untuk membuat pergerakan. Lagi pula, dia menyerang dengan tenaga penuh. Masatsugu melirik pada karakter merepotkan tersebut.

"Secara teknis, ini adalah ujian untuk ketangkasan pengawal."

Putri cantik itu tersenyum dengan lembut kearah Masatsugu.

Senyum bermatabatnya membawa keelokan yang berbicara dari seluruh Suruga.

"Ujian yang selesai dengan mudah akan tak berguna. Oleh sebab itu, kita memutuskan untuk menggantinya sedikit."

Jelasnya, putri tidak mendekati "penurut" seperti penampilannya yang akan menyatakan—

Ini adalah pandangan pertama Masatsugu pada kebenaran diri Fujinomiya Shiori. Dia adalah putri bangsawan, kepintaran dan kecantikan yang menawan, belum lagi di dalam persembunyiannya terdapat segala macam aspek rahasia...

Shiori melanjutkan berbicara pada Masatsugu yang termenung-menung, "Mengatakan itu, ujian ini berlangsung cukup lama. Tachibana-sama, kamu memenuhi banyak syarat untuk melayani sebagai pengawalku. persyaratan terakhir adalah persetujuanmu."

"Aku mengerti."

Diberikan hak untuk memutuskan, Masatsugu benar-benar setuju dengan siap.

"Semenjak melayani Yang Mulia adalah persoalan klanku, aku tidak keberatan..."

Masatsugu tidak merasakan kesetiaan pada keluarga kerajaan tapi ia berhutang pada klannya. Selain itu, ia mempunyai beberapa bakat karena membantu Hatsune dalam pekerjaannya tidak harus jadi masalah... Seperti yang ia putuskan, dugaan tertentu melintasi pikirannya. Mungkin ini adalah kesempatan baik untuk memecahkan "suatu persoalan" juga.

Masatsugu memutuskan kalau ia perlu meninjau masalahnya dengan baik, tapi sayangnya, ia tidak mempunyai waktu berharga di kala ini.

Tak disangka, bunyi sirene dalam pemandangan untuk sinyal situasi darurat.


Balik ke Part 1
Lanjut ke Part 3

0 Comments for "Chronicle Legion: Volume 1 Chapter 2 (Part 2)"